Selasa, 20 November 2012


Tubuh-tubuh bijih kami terdapat pada dan di sekitar dua tubuh-tubuh instrusi utama batuan beku (igneous), yaitu monzodiorit Grasberg dan diorit Ertsberg. Batuan-batuan induk untuk tubuh-tubuh bijih tersebut terdiri dari batuan-batuan karbonatan maupun klastik yang diterobos oleh batuan beku berkomposisi monzonitik dan dioritik yang membentuk punggungan bukit dan sisi atas rangkaian Pegunungan Sudirman.
http://www.ptfi.com/about/images/cad01.jpg
Tubuh-tubuh bijih Grasberg dan ESZ, terdapat pada batuan beku sebagai batuan induk, hadir dalam bentuk urat-urat (vein stockworks) dan diseminasi sulfida tembaga yang didominasi oleh mineral chalcopirit dan sejumlah kecil berupa bornit. Tubuh-tubuh bijih yang berinduk pada batuan sedimen terjadi pada batuan ubahan skarn yang kaya akan unsur magnetit dan magnesium serta kalsium, yang mana lokasi keterdapatannya dan orientasinya sangat dikontrol oleh patahan-patahan besar (major faults) dan oleh komposisi kimia batuan-batuan karbonat di sekitar tubuh-tubuh instrusi tersebut. Mineralisasi tembaga pada batuan ubahan skarn tersebut didominasi oleh mineral chalcopirit, akan tetapi konsentrasi setempat dari mineral sulfida bornit yang cukup banyak juga kadang terjadi. Mineral emas terdapat secara merata disemua tubuh bijih dalam jumlah yang beragam. Di beberapa tempat konsentrasinya cukup banyak, kehadirannya jarang bisa dilihat dengan mata telanjang. Konsentrasi emas tersebut lazim terjadi sebagai inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, sedangkan pada beberapa tubuh bijih konsentrasi emas berkaitan erat dengan keterdapatan mineral pirit.
Pertumbuhan
Tembaga

http://www.ptfi.com/about/images/cad08.jpghttp://www.ptfi.com/about/images/cad07.jpghttp://www.ptfi.com/about/images/cad03.jpg                                            31 Desember 2005

Pasca Tambang Grasberg
*Produksi 100% sejak penemuan Grasberg pada tahun 1988
Emas
http://www.ptfi.com/about/images/cad04.jpg
*Produksi 100% sejak penemuan Grasberg pada tahun 1988
http://www.ptfi.com/about/images/cad06.jpg
Eksplorasi Mendorong Perencanaan Tambang
Pengaturan waktu produksi untuk tambang-tambang kami yang belum dilaksanakan tergantung dari sejumlah faktor, salah satunya adalah hasil dari kegiatan eksplorasi. Kami membuat rencana tambang dengan memaksimalkan nilai sekarang bersih (net present value) dari tubuh-tubuh bijih yang telah ada, termasuk juga hasil dari penemuan-penemuan baru.
Kami terus melakukan pengkajian terhadap berbagai rencana tambang jangka panjang untuk mengevaluasi rancangan optimal dari Tambang Grasberg, hal ini mungkin dapat berdampak pada penentuan waktu awal proses produksi tambang block-cave Grasberg. Rencana kami terdahulu bahwa peralihan aktivitas penambangan dari tambang terbuka Grasberg ke tambang block cave Grasberg akan dilakukan pada tahun 2015. PTFI berharap dapat menyelesaikan kajian yang tengah dilakukan saat ini terhadap rencana jangka panjang sebelum akhir tahun 2006.
Cadangan Utama
http://www.ptfi.com/about/images/cad05.jpg*Komplek Grasberg terdiri dari logam yang dapat diambil, pada tambang lain dilaporkan sebagai logam yang dikandung.
Telah Dikembangkan & Tengah Berproduksi
  • Tambang Terbuka Grasberg. Kami mulai melakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka terhadap tubuh bijih Grasberg pada tahun 1990. Kegiatan produksi tersebut berada pada level ketinggian 3.385-4.060 meter. Bagian cadangan tubuh bijih Grasberg yang terletak di bawah tanah akan ditambang dengan menggunakan metoda block-cave menjelang berakhirnya penambangan terbuka.
  • DOZ (Deep Ore Zone) secara vertikal terletak di bawah Intermediate Ore Zone (IOZ telah habis ditambang). Proses produksi tubuh bijih DOZ dimulai pada tahun 1989.
http://www.ptfi.com/about/images/cad02.jpg
Belum Dikembangkan
Keperluan modal kerja untuk pengembangan seluruh tubuh bijih sampai dengan kapasitas penuh adalah sebesar $3 miliar AS. Selain biaya tersebut, diperlukan modal tambahan sebesar $1 miliar AS untuk pembangunan fasilitas pengolahan tambahan guna mengoptimalkan penanganan berbagai jenis bijih yang berasal dari bawah tanah.
  • Kucing Liar, tubuh bijih ini terletak pada sisi selatan atau di bawah bagian sisi selatan tambang terbuka Grasberg, pada level ketinggian 2.605 - 3.115 meter. Kami akan menambang Kucing Liar dengan menggunakan cara block-cave.
  • Mill Level Zone (MLZ), tubuh bijih ini terletak langsung di bawah tambang DOZ pada level ketinggian 2.890 meter - 3220 meter. Bijih tersebut merupakan kemenerusan ke arah bawah dari mineralisasi pada sistem Skarn Timur Ertsberg dan porfiri Ertsberg yang bersebelahan. Kami akan melakukan penambangan dengan cara block-cave usai menyelesaikan penambangan pada tubuh bijih DOZ.
  • Ertsberg Stockwork Zone (ESZ), tubuh bijih ini merupakan kemenerusan dari sisi barat daya tubuh bijih DOZ yang terletak pada level ketinggian 3.126 meter - 3.626 meter. Kami akan menambang dengan cara block-cave mulai tahun 2009.
  • Big Gossan, tubuh bijih ini terletak kurang lebih 1.000 meter sebelah Barat Daya cadangan tambang terbuka Ertsberg yang sudah habis ditambang. Kami mengawali pengembangan infrastruktur bawah tanah untuk tubuh bijih ini pada tahun 1993 ketika membangun terowongan dari daerah pabrik pengolahan menuju kawasan tubuh bijih Big Gossan pada ketinggian 3.000 meter. Cara penambangan open stope and back-fill akan diaplikasikan terhadap cadangan Big Gossan. Pengembangan telah dimulai dan produksi awal diharapkan dapat dimulai pada tahun 2008.
  • Dom, tubuh bijih ini terletak pada jarak 1.500 meter di sebelah tenggara cadangan tambang terbuka Ertsberg yang telah habis. Kami telah menyelesaikan pengembangan pra-produksi ketika tambang Grasberg baru mulai berproduksi pada tahun 1990. Kami menangguhkan produksi Dom block cave pada tahun 1989 untuk menambang tubuh bijih Grasberg. Produksi pada bagian tambang terbuka dari tubuh bijih tersebut akan dimulai setelah menyelesaikan tambang terbuka Grasberg, diikuti dengan cara block-caving terhadap bagian tubuh bijih bawah tanah.
2007
  • Dengan pasar komoditas dunia yang menguat, PTFI kembali membukukan rekor hasil keuangan. PTFI juga mencatat beberapa pencapaian lain, termasuk tingkat operasi pertambangan DOZ kali ini mencapai 53.500 tpd, dan tingkat recovery di mill mencapai 90,5%.
  • Ekspansi DOZ menuju 50.000 tpd dicapai pada pertengahan 2007.
  • Audit resertifikasi ISO14001 selesai.
2008
  • Setelah triwulan pertama dengan harga-harga komoditas yang kuat, hasil keuangan PTFI mengalami penurunan yang mendadak akibat harga komoditas dan kondisi ekonomi yang terjadi mulai pertengahan September. Volume menunjukkan akses yang terbatas kepada bagian high-grade dari Grasberg pit sebagai akibat dari slip skala kecil yang terhadi pada awal September.
  • DOZ beroperasi pada level 63.200 tpd.
http://www.ptfi.com/about/images/riwayat01.gifvSumber; www.ptfi.co.id, www.fcx.com, dan http://www.ptfi.com/about/reserve.aspDiakses 16 September 2012

 MDGs merupakan Millenium Development GoalsMDGs dicetuskan pada bulan september tahun 2000 oleh para pemimpin dunia di New York. Pertemuan para pemimpin dunia tersebut dinamai dengan “Deklarasi Millennium”.  Dengan harapan pencapaian tujuan pada tahun 2015. Deklarasi Millennium ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif  bagi pembangunan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan. Dalam rangka mewujudkan tujuan itu, maka dirumuskan delapan tujuan Pembangunan Millennium yang disebut Millennium Delevepment Goals.
MDGs mempunyai delapan tujuan dan antara tujuan saling keterkaitan. Selain itu, setiap tujuan terkandung beberapa target-target yang spesifik dan terukur. Setiap target mempunyai beberapa indikator yang dapat mengukur seberapa besar keberhasilan dari beberapa tujuan tersebut. Dari delapan tujuan dari MDGs, target yang telah ditentukan harus tercapai/terpenuhi pada tahun 2015 dengan patokan data tahun 1990.
Salah satu tujuan dari MDGs adalah pendidikan dasar untuk semua. Dengan pendidikan diharapkan pembangunan sumber daya manusia dapat terealisasi. Buruknya kualitas pendidikan menunjukkan buruknya kualitas suatu negara begitu juga sebaliknya.Oleh karena itu, masalah pendidikan mendapat perhatian khusus dari semua pihak.
MDGs mempunya delapan tujuan yang menjadi masalah dalam pembangunan sumber daya manusia, diantaranya;
  1. Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan
Pemberantasan kemiskinan dan kelaparan  merupakan tujuan MDGs. Hal ini dikarenakan adnya dua kondisitersebut dapat menghambat sumber daya manusia.
  1. Mewujudkan pendidikan dasar
Kualitas SDM akan meningkat jika masyarakat mengenyam pendidikan setidaknya wajib belajar Sembilan tahun.
  1. Mendorong Kesetaran Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Masalah kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan  sedang digalangkan. Posisi perempuan. Pemberdayaan perempuan di segala lini kehidupan sangat diharapkan.
  1. Menurunkan angka kematian anak
Angka kematian anak masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan faktor ekonomi dan faktor pendidikan
  1. Meningkatkan kesehatan ibu
Perjuangan ibu yang paling besar saat melahirkan. Nyawa pun bisa jadi taruhanya. Untuk itu kesehatan ibu perlu diperhatikan.
  1. Memerangi HIV AIDS, Malaria, dan Penyakit Lainnya
  2. Menjaga kelestarian lingkungan sekitar
Lingkungan dapat mengakibatkan bencana bagi manusia ketika tidak dilestarikan. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia perlu adanya pelestarian lingkungan secara berkesinambungan.
  1. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Hal ini dikarenakan negara-negara maju agar membantu negara-negara termiskin dalam mencapai tujuan-tujuan MDGS lainnya. Salah satu target  yang menjadi bagian tujuan ke-8 MDGs adalah lebih jauh mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis peraturan, mudah diperkirakan, dan adil.
Salah satu permasalahan yang bisa di ambil misalnya pendidikan. Semakin baik kualitas pendidikan, maka semakin baik kualitasnya. Kondisi indeks pembangunan manusia Indonesia dari tahun ke tahun terus menurun.kondisi ini cukup memprihatinkan, bahwa kita tahu pendidikan belum merata. Fasilitas pendidikan di sekolah  juga kurang.
Masalah pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat memberikan dampak yang baik. Oleh karena itu, tidak lain merupakan salah satu dari delapan tujuan MDGs.
Pemerintahpun terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pemerintah membuat program kebijakn BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Kenyataanya pada prakteknya dana BOS banyak yang di selewengkan. Seharusnya dalam penggunaan dana BOS tetap harus berorientasi pada transparansi, akuntabilitas, dan efisien. Dalam hal ini, partisipasi semua pihak untuk mengawasi jalannya penggunaan dana BOS. Sebenarnya, dana BOS tersebut sangat membantu keluarga miskin untuk dapat mengenyam pendidikan dasar. Karena terjadi penyelewengan di sana-sini sehingga sekolah masih banyak yang memungut biaya yang lumayan mahal. Bagi orang miskin, salah satu akibatnya mereka memilih putus sekolah. Faktor kemiskinan merupakan salah satu penghambat untuk mewujudkan pendidikan dasar untuk semua. Untuk memberikan jalan keluar agar generasi muda memiliki penghasilan yang lebih baik di masa mendatang, maka kunci utamanya adalah memberikan pendidikan yang lebih baik kepada mereka serta diiringi kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan dan memastikan tombulnya ekonomi yang bermanfaat pada daerah dan  penduduk termiskin. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada kawasan pedesaan, karena sektor dua pertiga dari rumah tanga miskin bekerja di sektor pertanian. Jika penghasilan orang tuanya yang bekerja di sektor pertanian tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, maka dapat dibayangkan bahwa anak-anaknya pasti tidak memperolah kesempatan untuk melanjutkan studinya ke jenjang sekolah yang sesuai dengan usianya. Sebab tenaga anak dimanfaatkan oleh orang tuannya untuk membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah.
Masalah pendidikan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan hingga menjadi salah satu pembangunan Millenium (MDGs). Pendidikan sebagai suatu proses pembentukan karakter yang dilaksanakan secara sistematis. Karenanya sebuah proses dalam pendidikan berlangsung secara bertahap serta berkesinambungan dan sistematik karena berada dalam situasi dan kondisi di semua lingkungan baik keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, maka yang harus dilakukan dalam bidang pendidikan harus diupayakan terutama dalam meningkatkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan, serta mendorong masyarakat untuk menyadari sepenuhnya betapa pentingnya pendidikan yang merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap oaring. Jika implementasi ini berhasil, maka pemerintah bisa membuat kebijakan yang pro-rakyat  secara bertahap akan dapat menuntaskan pendidikan bagi semua masyarakat.
 Dinas Pendidikan di daerah juga perlu untuk meningkatkan kualitas dan kesesuaian pendidikan dasar untuk memastikan bahwa seluruh lulusannya akan memiliki kemampuan dasar untuk bekerja atau meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Sistem manajemen sumberdaya pendidikan juga perlu ditingkatkan, sehingga seluruh lembaga yang terkait dengan pendidian dasar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efisien dan efektif. Kunci dari kesusksesan pemerintah dalam mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun adalah dengan keterlibatan orang tua murid dan tokoh masyarakat, sertaorganisasi masyarakat sipil dan sektor swasta. Kelompok pemangku kepentingan ini akan membantu memobilisasi berbagai sumberdaya untuk mendukung tercapainya tujuan program Wajar 9 Tahun. Selain itu, kesempatan juga perlu diperluas kepada sekolah swasta dan lembaga pendidikan berbasis masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar.

Sumber;
Hudha, AM.2010. Mewujudkan MDGs Pendidikan untuk Kemajuan Pendidikan Masa datang. Http://ejpurnl.umm.ac.id diakses 10/09/2012/
Nurullah, A.2012. Tantangan 2012 menuju MDGs. Http://j:pendidikan MDGs.html diakses 10/09/2012/
Devandra, B.2010. pendidikan dasar Sembilan tahun dan target MDGs. Http://pkvhi.org/index.php

Salah satu metode yang dipergunakan untuk mengukur kondisi pembangunan manusiaadalah menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI). Indonesia masih menunjukkan capaian yang belum menggembirakan.
IPM adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju , negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Indikator yang digunakan dalam HDI meliputi 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS
Dari Negara-negara yang diteliti oleh UNDP (United Nations Development Programme), Indonesia masih berada pada urutan diatas 100. Sebelumnya pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan 110 dari 177 negara, dengan indeks 0.697, turun dari posisi sebelumnya di urutan 102 dengan indeks 0.677 pada tahun 1999. Posisi ini cukup jauh dibandingkan negara-negara tetangganya, seperti Malaysia (urutan 61/0.796), Thailand (urutan 73/0.778), Filipina (urutan 84/0.758) dan Vietnam (urutan 108/0.704). Angka   IPM Indonesia Pada tahun 2006 mengalami kemajuan dengan mencapai 0.711 dan berada diurutan 108, mengalahkan vietnam yang mempunyai nilai 0.709. Kecenderungan dari angka IPM Indonesia adalah terus menerus naik (0.677 pada 1999, 0.697 pada 2005, dan 0.711 pada 2006) dan semakin mempersempit ketinggalanya dibanding negara-negara lain. Posisi ini sekaligus mensyaratkan Indonesia berada pada level menengah IPM di dunia bersama negara tetangga seperti Thailand (74), Filipina (84), Vietnam (109) dan Timor Leste (142).
Capaian tersebut berbeda dengan tetangga yang lain seperti Singapura (25), Brunei (34) dan Malaysia (61), yang masuk pada kategori negara dengan IPM level tinggi. Sudah bisa dipastikan Negara-negara yang mempunyai capaian IPM tinggi mempunyai tingkat kesejahteraan hidup masyarakat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang sedang maupun rendah.
Pada tahun 2007 angka IPM Indonesia mengalami kenaikan menjadi 0.728,  laporan ini dikeluarkan oleh UNDP pada 27 November 2007, Indonesia berada pada peringkat 108 sedunia dan masih dibawah Vietnam. Penilaian tersebut diantaranya usia harapan hidup menempatkan Indonesia pada posisi ke-100. Tingkat pemahaman aksara dewasa di urutan 56. Tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi ada di urutan 110. Sedangkan untuk pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita berada di posisi 113.  Selain itu, index manusia Indonesia rata-rata masih tergolong menengah di antara negara-negara lain di dunia. Masih jauh di bawah negara-negara maju di eropa dan Amerika. Namun sedikit lebih baik di atas negara-negara Afrika yang hanya memilki lautan gurun pasir saja. Bandingkan dengan Indonesia, yang memiliki sumber daya yang melimpah ruah namun masih saja miskin. Bahkan masih kalah dengan negara serumpun Malaysia dan ironisnya kalah juga dengan negara “kecamatan” Singapura.
Dari itulah, di tarik benang merah penyebab masalahnya. Dan salah satu yang menjadi faktor (katanya) adalah ketidakberdayaan masyarakat Indonesia yang mencakup ketidakberdayaan ekonomi, sosial dan politik. 30 Tahun di bawah rezim yang represif, membuat masyarakat Indonesia, gagal dalam menghadapi arus modernisasi yang datang menyerbu bagai air bah bergulung-gulung. Rakyat Indonesia, tidak benar-benar bisa memahami, mengetahui keunggulan sumber daya lokal maupun potensi yang luar biasa ini. Untuk itulah maka, diperlukan pendobrak kejumudan cara berpikir masyarakat untuk membawa masyarakat indonesia menjadi kondisi masyarakat yang berdaya. Kondisi HDI di Indonesia menjadi isu yang penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan kualitas manusia dalam pengentasan kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan di negara sedang berkembang adalah salah satu masalah penting, termasuk di Indonesia. Tingginya angka kemiskinan itu harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan diharapkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi angka kemiskinan tersebut.

Tingginya angka kemiskinan di Indonesia bukan disebabkan langsung oleh tingginya angka pengangguran, melainkan karena kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat terjadi karena banyak keluarga miskin yang memiliki pekerjaan ataupun pendapatan tetap, tetapi mereka berada di bawah garis kemiskinan yang berlaku karena pendapatan mereka yang rendah. Pendapatan yang rendah tersebut akibat dari rendahnya produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan.

Rendahnya angka HDI Indonesia menandakan masih rendahnya tingkat kualitas serta produktivitas Sumber Daya Manusia Indonesia jika dibandingkan dengan  negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Realitas menyesakkan juga diperkuat oleh  laporan yang di keluarkan oleh World Economic Forum di tahun 2009, peringkat daya saing Indonesia berada di posisi 42 dari 57 negara, sedangkan Singapura berada di posisi 3, Malaysia di posisi 18. Perbaikan  HDI di suatu wilayah berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan  peningkatan pendapatan yang diperoleh kemudian memiliki efek positif terhadap penurunan jumlah orang miskin di daerah tersebut. Artinya, walaupun pertumbuhan ekonomi sangat penting, pertumbuhan itu sendiri bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kemiskinan. Faktor lainnya yang tak kalah penting adalah pendidikan.
Pencapaian IPM Indonesia beberapa tahun terakhir tentu linier dengan proses pembangunan manusia yang dilakukan melalui berbagai program pembangunan. Dan indeks ini merupakan sebuah raport pembangunan manusia yang dicapai oleh pemerintah dan bangsa Indonesia. Deskripsi tersebut dapat menyadarkan semua elemen bangsa khususnya pemerintah untuk bangkit mengejar ketertinggalan, dengan melakukan penataan kedalam (birorasi). Demikian pula kita harapkan kebijakan publik  yang lahir akan semakin mementingkan pembangunan manusia, sehingga terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur bukan semakin menjauh dari sasaran. 

Oleh:
MAHFUD EFFENDI
(115020407111029)


Misalkan; Produk Domestik Regional Bruto( PDRB ) Provinsi Sumatera Utara Tahun1991-2004
Tahun
Y
X1
X2
X3
X4
1991
5667554
1748522
65152
321165
144785
1992
7609367
2891624
104724
420323
1281733
1993
9036845
3214415
117206
486341
1476614
1994
9863156
3485684
145387
585251
1964744
1995
11241892
3991868
169112
696426
1217838
1996
12409476
4591730
181863
807073
751561
1997
10736165
5818960
37169
897574
1238217
1998
12062086
6535334
41389
1953343
181662
1999
14513148
8034165
45744
1098199
483363
2000
16986104
9257661
49233
1266386
562666
2001
20157022
10938978
57110
1460132
698629
2002
33071513
20009760
111020
1888260
1789617
2003
41317799
24059354
497854
2976313
4547625
2004
47099293
27912806
561391
3251408
4646737

Keterangan:
v  Terdapat 14 sampel
v  Y         = PDRB
v  X1       = Konsumsi ( C )
v  X2       = Investasi ( I )
v  X3       = PembelianPemerintah ( G )
v  X4       = EksportNeto ( NX )





Data – data di atas kemudian diestimasi melalui program eviews supaya kita dapat mengetahui data tersebut termasuk data yang mengalami multikolinearitas apa tidak. Dikatakan multikolinearitas apabila kita memiliki model dengan R2 yang tinggi tetapi sedikit variabel yang signifikan. Data di atas jika diestimasiakan menghasilkan data seperti di bawah ini:

Dependent Variable: Y


Method: Least Squares


Date: 11/14/12   Time: 13:43


Sample: 1991 2004


Included observations: 14












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
3657236.
402904.7
9.077173
0.0000
X1
1.522760
0.087771
17.34919
0.0000
X2
12.61927
3.984299
3.167250
0.0114
X3
-0.964845
0.712688
-1.353812
0.2088
X4
-0.537268
0.500695
-1.073045
0.3112










R-squared
0.997630
    Mean dependent var
17983673
Adjusted R-squared
0.996577
    S.D. dependent var
13029621
S.E. of regression
762286.1
    Akaike info criterion
30.19848
Sum squared resid
5.23E+12
    Schwarz criterion
30.42672
Log likelihood
-206.3894
    Hannan-Quinn criter.
30.17736
F-statistic
947.2850
    Durbin-Watson stat
1.096030
Prob(F-statistic)
0.000000














Hasil estimasi menunjukkan R-Squared = 0.997630 ( merupakanhasil yang sangattinggi). Hasil estimasi di atas juga menunjukkan bahwa variabel X3, dan X4 adalah tidak signifikan. Dengan R-Squared tinggi dan variabel yang signifikan sedikit maka kita dapat menduga bahwa data di atas terdapat masalah multikolinearitas.Selanjutnya kita dapat melihat korelasinya untuk menguji data tersebut lebih lanjut.
Correlation
CORELASI

Y
X1
X2
X3
X4












Y
 1.000000
 0.995969
 0.810909
 0.931583
 0.833065
X1
 0.995969
 1.000000
 0.768368
 0.939263
 0.803651
X2
 0.810909
 0.768368
 1.000000
 0.738802
 0.940077
X3
 0.931583
 0.939263
 0.738802
 1.000000
 0.730471
X4
 0.833065
 0.803651
 0.940077
 0.730471
 1.000000








Dari hasil korelasidiatas, dapat kita lihat koefisien korelasi antaravariabel X1 X3 dan X2 X4  menjustifikasi dugaan kita atas multikolinearitas yang diperoleh karena nilainya sangat tinggi ( > 0.90 ). Terdapat  beberapa alternative dalam mengatasi masalah multikolinearitas, tetapi dalam hal ini langkah yang saya ambil adalah dengan mengeluarkan variabel yang mempunya ikorelasi yang tinggi. X4 adalah data yang tidak signifikan dan memiliki korelasi yang sangat tinggi sehingga saya sebaiknya menghilangkannya agar tidak terja dimultikolinearitas, kemudian meregresi atau melakukan estimasi kembali dengan menggunakan variabel Y, X1, X2, dan X3 sehingga menghasilkan data seperti di bawah ini:

Dependent Variable: Y


Method: Least Squares


Date: 11/14/12   Time: 13:46


Sample: 1991 2004


Included observations: 14












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
3506088.
380326.9
9.218616
0.0000
X1
1.478074
0.077846
18.98725
0.0000
X2
8.921001
2.014114
4.429242
0.0013
X3
-0.697567
0.672780
-1.036843
0.3242










R-squared
0.997327
    Mean dependent var
17983673
Adjusted R-squared
0.996525
    S.D. dependent var
13029621
S.E. of regression
768035.8
    Akaike info criterion
30.17602
Sum squared resid
5.90E+12
    Schwarz criterion
30.35860
Log likelihood
-207.2321
    Hannan-Quinn criter.
30.15911
F-statistic
1243.828
    Durbin-Watson stat
1.465670
Prob(F-statistic)
0.000000















Karena variabel X3 masih tidaksignifikan dan R-Squared = 0.997327 (hasil yang tinggi) maka data tersebut masih terdapat masalah multikolinearitas. Dengan melakukan korelasi kembali dan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Correlation
c
Y
X1
X2
X3










Y
 1.000000
 0.995969
 0.810909
 0.931583
X1
 0.995969
 1.000000
 0.768368
 0.939263
X2
 0.810909
 0.768368
 1.000000
 0.738802
X3
 0.931583
 0.939263
 0.738802
 1.000000

           
Dari hasil korelasi di atas untuk yang keduakalinya, dapat dilihat koefisien korelasi antara variabel X1 X3 menjustifikasi dugaan kita atas multikolinearitas yang diperoleh karena nilainya sangattinggi( > 0.90 ), Sehingga saya hilangkan variabel X3 karena variable ini tidak signifikan paling tinggi dan memiliki korelasi yang sangat tinggi pula karena ha lini dapat mengakibatkan multikolinearitas.
           



Dengan  dengan memakai variabel Y, X1 dan X2 saja. Dan hasilnyaseperti di bawah ini:

Dependent Variable: Y


Method: Least Squares


Date: 11/14/12   Time: 13:49


Sample: 1991 2004


Included observations: 14












Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.  










C
3287268.
317477.5
10.35434
0.0000
X1
1.408536
0.039657
35.51763
0.0000
X2
8.758406
2.014838
4.346953
0.0012










R-squared
0.997040
    Mean dependent var
17983673
Adjusted R-squared
0.996502
    S.D. dependent var
13029621
S.E. of regression
770651.2
    Akaike info criterion
30.13527
Sum squared resid
6.53E+12
    Schwarz criterion
30.27221
Log likelihood
-207.9469
    Hannan-Quinn criter.
30.12259
F-statistic
1852.566
    Durbin-Watson stat
1.176895
Prob(F-statistic)
0.000000















            Dengan sayamenghilangkanvariabel X3 dan X4 terlihatjelasbahwa data tersebutlebihsignifikan dari sebelumnya( ketikamasihadavariabel X3 dan X4 ). Dengan demikianmasalahmultikolinearitassudahtidakterdapatlagi di data ini.