Selasa, 18 Oktober 2016

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i), Syahrial Yusuf mengatakan bahwa lemahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia merupakan persoalan serius yang mendesak dan perlu dibenahi.

Menurut pendiri LP3i, Syahrial Yusuf, salah satunya solusi adalah melalui akselerasi penerapan sertifikasi ketenagakerjaan.

Hasil gambar untuk tenaga kerja

"Lewat sertifikasi dan uji kompetensi ini dapat menjadikan pekerja lebih fokus dan memiliki bukti keahlian tertentu, apalagi kita sudah memasuki era global. Ini sangat penting untuk diterapakan. Kami siap memberikan kajian kami kepada Menteri Pendidikan," ujar Syahrial di Jakarta.

Syahrial meminta pemerintah untuk serius benahi kondisi tenaga kerja Indonesia. karena sebagian pihak dinilai produksi pengangguran terdidik di Indonesia.

“Kami khawatir bahwa kampus hanya akan memproduksi pengangguran intelektual. Untuk menuntaskan masalah ini, kami menerapkan sistem pedidikan yang nantinya bisa langsung diterapkan oleh mahasiswa jika sudah tamat. Namanya Link and Match, jika dia passionnya di bidang A, kami akan bantu kerucutkan, jadi langsung bisa aplikasikan ilmunya," papar Syahrial yang dikenal sebagai Tokoh Pendidikan dan Pemberantas Pengangguran.

Syahrial cukup kaget bila peringkat daya saing global Indonesia pada tahun 2016 anjlok 4 level menjadi peringkat 41 ketimbang tahun sebelumnya yang mencapai peringkat ke-37 dan ironisnya lagi skornya sebesar 4.52 pun masih tak beranjak alias stagnan.

“Memang pemerintah telah banyak lakukan reformasi, hanya saja ada yang belum disentuh. Harusnya pemerintah memberi fokus lebih untuk alokasi perhatian soal kompetensi tenaga kerja. Apalah arti industri bila SDM kurang mempuni, ini bisa sebabkan kurangnya produktivitas,” ungkapnya.

Salah satu faktor penyebab terbesar dinilai Syahrial bersumber pada rendahnya kompetensi tenaga kerja Indonesia. Tak cukup itu saja, fakta juga menunjukkan masih besarnya ketimpangan keahlian pekerja dengan industri kerja yang tak sesuai atau dengan kata lain lulusan perguruan tinggi.

"Banyak yang materi yang diajarkan tak sesuai dengan keterampilan yang ada pada industri terkait. Besaran aspek nilai efisiensi tenaga kerja Indonesia yang berperingkat 108 dari 138 negara yang di nilai, nyatanya masih tertinggal jauh dengan negara lainnya, bahkan negara se-level ASEAN pun kalah jauh, seperti Singapura peringkat 2, Malaysia di peringkat 24, Brunei ke 47, Vietnam ke 63, dan seterusnya," tuturnya.

LP3i juga memiliki fasilitas yang bernama Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang keberadaanya ada di bawah naungan resmi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat tersebut juga bisa dipakai ke tingkat internasional, sehingga tenaga kerja akan semakin kompetitif. Sertifikasi yang ditawarkan bermacam-macam, seperti Sertifikasi Komputer, Sertifikasi Akuntansi, dan sebagainya.

“Ini harapan kami untuk membenahi SDM dan pendidikan di Indonesia. Kami harap lewat sertifikasi dan uji kompetensi bisa menunjang ketersediaan tenaga kerja mempuni siap pakai,” tutup Syahrial yang sudah berkecimpung di dunia pendidikan selama 27 tahun.

Penulis
Mahfud Effendi

Published
 LP3i Dorong Penerapan Sertifikasi Ketengakerjaan demi SDM Berkualitas | Kesra | Beritasatu.com http://m.beritasatu.com/pendidikan/393178-lp3i-dorong-penerapan-sertifikasi-ketengakerjaan-demi-sdm-berkualitas.html

Rabu, 05 Oktober 2016

Tim Digital Pemenangan Anies Sandi, Anies – Sandi mengajak masyarakat dan tim pendukung pasangan lainnya untuk lebih bijak, mengedepankan figur pasangan calon, dan adu gagasan atau karya. 

 
Ia menyayangkan akan kemunculan akun Facebook tak resmi yang mengaku Anies-Sandi yang kontennya sarat mengarah ke isu SARA dan jelas-jelas mendiskreditkan Anies – Sandi.  

“Ayo kita suarakan dukungan yang etis, bukan menyerang. Sebaiknya kita condongkan figur pasangan calon dan adu perihal gagasan. Kami ajak juga agar setiap pasangan dan pendukungnya jangan sengaja seakan-akan korban dari issue SARA karena substansi Pilgub ini adalah melahirkan Jakarta yang lebih baik, ” ujarnya.

Koordinator INSIDER (Anies – Sandi Digital Volunteer) menyampaikan bahwa isu SARA termasuk yang sesat pikir karena dijadikan dalih senjata seolah tak ada atau miskin gagasan positif. Untuk itulah, Anies - Sandi hadir secara konsisten sejak awal ingin menunjukkan bagaimana demokrasi sejuk yang sepatutnya menjadi pedoman demokrasi yang berkelas dan menjadi dambaan masyarakat.

“Rakyat sangat mendambakan demokrasi yang sejuk, maka dari itu yuk kita gelorakan demokrasi yang sejuk, dewasa, dan sehat. Kemunculan Pilgub ini patut kita maknai sebagai demokrasi yang berkelas dengan saling menguatkan, bukan untuk saling menghujat. Ketimbang bullying, mending kita suarakan lewat gagasan dan yang musuh kita bersama itu korupsi maupun hal negative lainnya,” kata Anthony.

Lanjut Anthony, ini saatnya Jakarta memilih pemimpin yang terbaik, rasional dan berbeda. Jakarta membutuhkan kepemimpinan alternatif, seperti Anies – Sandi. Bila semakin menarik gagasan yang ditawarkan, maka yang diuntungkan tentu sudah pasti adalah masyarakat. Karena hakekat kelahiran program kerja itu sebelumnya pasti dimaknai dengan rangkaian kata-kata menjadi gagasan, tambahnya.

Terakhir ia juga mengungkapkan bahwa gelombang kritik yang sampai ke Anies – Sandi akan selalu dihadapinya dengan tak emosional. Melainkan tak memaki atau menyerang, tetapi lebih tepatnya lewat senyuman yang disertai pemberian jawaban dengan penjelasan yang relevan. Sebab, Jakarta atau Indonesia ini harus menunjukkan cara-cara teladan, sehingga menjadi panutan rakyatnya.

“Anies dan Sandi merupakan figur pemimpin yang tak suka memaki-maki. Melainkan apa pun kritik dan arus serangan dihadapinya dengan pemberian jawaban dengan penjelasan yang relevan karena Jakarta ini harus dipimpin dengan cara teladan, sehingga menjadi panutan rakyatnya,” tutupnya.