Senin, 06 Januari 2014

I.                    John Murphy Explains Intermarket Analysis, Part 1
Dalam suatu analisis teknikal, pasar tidak hanya memahami beberapa indikator. Konsep bahwa seseorang bermimpi suatu hari, ada beberapa prinsip yang spesifik dan cukup konstan bagi orang-orang yang mungkin tidak memahami konsep kami pada analisis ekonomi dasar kecuali di mana Anda, maka pasar untuk memberitahu kami sedang melakukan hal yang sama. Namun, yang ekonom lakukan misalnya kita melihat bahwa suku bunga penentu yang sangat penting dalam pasar saham, misalnya kami hanya menunjukkan tapi ada link yang sangat erat antara arah harga komoditas dan tingkat bunga pasar obligasi, misalnya dipengaruhi oleh harga komoditas inflasi.
Dalam indikasi awal kenaikan inflasi terhadap seorang ekonom mungkin melihat CP I atau biaya tenaga kerja. Untuk mengukur tren inflasi kita melihat harga komoditas atau anda mengatakan tidak ada pasar yang bergerak dalam isolasi dan peran yang tepat. Sebenarnya apa yang kita lakukan umumnya adalah kita membagi pasar menjadi empat sektor yang berbeda. Pertama, pasar saham sementara yang paling penting, maka kita menunjukkan bahwa ikatan             pasar dipengaruhi oleh pasar obligasi dan pasar saham yang saling mempengaruhi. Pasar obligasi dipengaruhi oleh pasar komoditas. Pasar komoditas mereka di depan oleh pasar mata uang untuk pergi ke saham obligasi komoditas dan mata uang mereka semua untuk berinteraksi satu sama lain. Dasar analisis pasar secara keseluruhan adalah bahwa jika anda akan memahami apa yang terjadi di salah satu dari pasar tersebut, maka  anda harus tahu apa yang terjadi. Ada tiga hal lainnya bahwa kita akan masuk ke dalam dengan cara melihat masing-masing hubungan ini  dalam sekejap, tapi mari kita lanjutkan dengan gambaran yang luas dengan hubungan dasar pada saham dan obligasi.
Apa yang agak trend jika mereka umumnya berjalan bersama-sama. Benar-benar itu merupakan hubungan kunci yang secara umum jika anda kembali dan melihat sepanjang sejarah, bahwa harga saham jauh lebih baik ketika pasar obligasi sangat kuat.
Pada pasar obligasi berjalan akan menunjukkan beberapa contoh seperti yang kita ikuti bersama-sama yang biasanya merupakan pertanda buruk bagi pasar saham. Alasan untuk itu adalah bahwa saham tidak suka terhadap kenaikan suku bunga satu sama lain adalah hubungan yang sangat erat antara komoditas dan obligasi.
Secara umum harga komoditas dan harga obligasi Treasury bergerak dalam arah yang berlawanan. Beberapa harga komoditas mulai naik ini biasanya menyebabkan masalah bagi pasar obligasi. Link akhir adalah hubungan antara harga komoditas dan dolar AS.
Umumnya garis besar mereka juga mendorong arah yang berlawanan, sehingga dolar yang meningkat antara lain adalah anti-inflasi cenderung menekan harga komoditas sebagian karena harganya dalam dolar. Namun, ketika dolar mulai melemah ini menciptakan tekanan inflasi itu mendorong peningkatan atau kenaikan. Selanjutnya, beberapa saat kita akan menampilkan secara spesifik dolar versus komoditas dan hubungan yang unik.















II.                    John Murphy Explains Intermarket Analysis, Part 2
Dollar VS Komoditas
Ada hubungan yang terbalik antara dollar dengan harga komoditas, ketika dolar naik harga komoditas akan turun. Disisi lain, ketika dolar melemah yang memiliki kecenderungan untuk mendorong harga komoditas
Indeks dollar diatas mengambil rentang waktu trading selama 10 tahun, indeks dollar berlawanan arah dengan mata uang luar negeri. Dollar mengalami kenaikan panjang sejak 1995 dan mencapai titik yang tinggi di akhir grafik. Ini merupakan area resisten jangka panjang dan merupakan pembalikan dari 1989. Ini artinya dolar sudah bergerak ke daerah resisten yang signifikan dan menunjukkan sinyal awal untuk jatuh. Keadaan ini sangat signifikan karena jika dolar mulai melemah dari level ini dan kita curiga kasus ini bisa menjadi pengaruh yang positif bagi komoditas.
Grafik yang berikutnya terdiri dari dua jenis grafik, Grafik bagian atas adalah indeks dollar, dan yang dibawah adalah indeks CRB (komoditas). Kita akan melihat hubungan yang berkebalikan pada indeks CRB dengan indeks dollar. Dapat dilihat saat tahun 1994 sampai 1995 indeks dollar jatuh, dengan begitu pasar komoditas (indeks CRB) akan mengalami kenaikan. Sementara di awal tahun 1996 dollar mulai bergerak naik, sehingga menciptakan tekanan kebawah untuk pasar komoditas yang dapat terlihat dari jatuhnya harga komoditas saat itu. Kesimpulan dari grafik ini adalah ketika dollar melemah artinya bullish untuk pasar komoditas, dan sebaliknya ketika dollar menguat artinya bearish untuk pasar komoditas.
Grafik dibawah ini adalah grafik gabungan kedua indeks.
Dimana saat tahun 1994 dollar mengalami penurunan, indeks komoditas bergerak naik dan mengalami bullish. Namun ketika dollar bergerak naik indeks komoditas mengalami penurunan, bahkan di tahun 199 berada di titik rendah. Di akhir grafik, terlihat bahwa dollar akan mengalami penurunan yang berarti indeks komoditas akan kembali bergerak naik. Oleh karena itu, untuk melihat pergerakan arah pasar komoditas alangkah baiknya jika kita memperhatihan pergerakan indeks dollar.
Kesimpulan dari video ini adalah
·                Dollar dan indeks komodas memiliki arah pergerakan yang berlawanan,
·                Kenaikan pada Dollar merupakan sinyal yang buruk untuk indeks komoditas,
·                Kenaikan pada Dollar merupakan sinyal yang bagus untuk obligasi dan saham,
·                Jatuhnya Dollar merupakan sinyal yang bagus untuk indeks komoditas
·                Jatuhnya Dollar merupakan sinyal yang buruk untuk obligasi dan saham














III.                    John Murphy Explains Intermarket Analysis, Part 3
Video ini menjelaskan hubungan yang unik antara harga komoditas dan bom Yohanes, ini adalah salah satu hal besar setiap kali orang merasa gugup tentang inflasi.mereka mulai mengkhawatirkan pasar obligas apakah ini semua hubungan adalah semua hal tentang keseluruhan hubungan yang kita gunakan ini benar-benar penuh dari hubungan utama antara harga komoditas yang diperdagangkan secara aktif di berbagai pasar dan pasar obligasi.
Dalam video memberikan gambaran kembali dua puluh tahun yang lalu dengan grafik komoditas dan harga obligasi didalamnya terdapat titik yang bergerak ke arah yang berbeda hanya untuk menunjukkan bahwa mereka bergerak dalam arah yang berlawanan. Beberapa orang tidak berpikir itu yang terjadi sehingga mereka mungkin ragu. Sekarang kembali dua puluh tahun lalu membawa kita kembali ke tahun 1981 selama tahun 1970 kami mengalami booming inflasi yang luar biasa jika anda melihat ke kiri anda akan melihat bahwa langkah besar kenaikan di CRB Indeks yang merupakan grafik batang.
Anda dapat melihat pada umumnya kita sudah melakukan periode pemeliharaan disinflasi sejak 1980. Anda dapat melihat harga obligasi Treasury dipercaya kenyataannya pada tahun 1981 dan mereka pada dasarnya telah bergerak naik, sejak saat itu kami sudah hampir 20 tahun pasar harga komoditas mencoba untuk memilih titik balik utama hanya untuk menunjukkan contoh bahwa ada juga pemimpin jeda waktu, misalnya ke kiri kita hanya ingin menunjukkan harga komoditas memuncak pada 1980 harga obligasi muncul sekitar satu tahun kemudian sehingga kadang-kadang sedikit memimpin melihat 1984 misalnya dengan garis vertikal kedua. Penurunan harga komoditas yang bertepatan dengan palung harga obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan baris ketiga 1986 dalam harga komoditas dan harga obligasi turun besar harga komoditas di 1986, 1987 dan harga obligasi menyebabkan crash pasar saham tahun 1987.
Di tengah tahun 1999 kami mencoba untuk membuat kasus yang untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama kita mulai melihat beberapa tanda-tanda serius kelemahan di pasar obligasi dan memiliki implikasi serius yang benar-benar terjadi akan fokus pada jangka waktu paticular. Anda akan melihat pada bulan Oktober tahun 1998 lalu dan kami telah memiliki penurunan yang serius sejak saat itu berjalan grafik adalah salah satu indikator teknis kami empat puluh minggu rata-rata bergerak.
Pada umumnya ketika harga obligasi yang empat puluh minggu rata-rata bergerak ke bawah itu biasanya diikuti oleh penurunan yang serius dan juga Anda akan melihat bahwa indeks itu sendiri rata-rata turun.  Kita harus menunjukkan bagi Anda telah mendengar berbagai hal tentang indeks komoditas, gambaran yang sedikit berbeda di mana tekanan harga mungkin adalah indeks CRB adalah Saachs komoditas Goldman Indeks adalah jurnal Indeks Commerce.
Masalahnya adalah anda harus melihat indeks komoditas tepat di penentuan pertama dan lihat lagi adalah Indeks CRB yang mungkin yang paling dikenal dari indeks commdity dalam hal ini mungkin tidak menjadi yang terbaik dengan dia hanya menunjukkan pada grafik khusus bahwa indeks ini masih di bawah 200 hari rata-rata bergerak seperti yang anda lihat itu sudah bergerak sejak musim semi terlihat seperti itu keluar dari posisi terbawahnya tapi untuk benar-benar pekerjaan untuk benar-benar muncul yang akan harus mencapai tertinggi baru untuk tahun ini di istirahat di atas mereka 200 - hari rata-rata bergerak alasan komoditas ini.
Kelompok yang sangat penting bahwa karena kita berbicara tentang industri logam kita berbicara tentang tembaga aluminium, memimpin jika bukan logam mulia industri tersebut adalah komoditas yang sangat sensitif terhadap tren ekonomi global dan terutama titik grafik ini hanya untuk menunjukkan bahwa bukan hanya minyak pasar yang telah naik tahun ini pada kenyataannya tertentu dalam bahwa ini adalah Goldman Sachs indeks meningkat terhadap logam industri indeks tertentu seperti yang anda lihat juga telah bergerak naik cukup tajam selama tahun 1999 sebenarnya adalah naik sekitar 20 persen yang sangat penting karena menunjukkan bukan hanya pasar minyak mereka yang tidak terpengaruh oleh cuaca ini. Komoditas yang diinformasikan oleh tren ekonomi sekarang juga hanya bekerja di sebuah pasar yang lebih sedikit dan menjaga perspektif global.
Permintaan minyak serta situasi OPEC secara keseluruhan dikemas dalam satu grafik yang memberikan spin ekonomi yaitu jika industri harga komoditas mengambil itu berarti bahwa pasar bergerak naik di seluruh ekonomi dunia adalah kekuatan kita dan yang menjelaskan mengapa suku bunga bergerak lebih tinggi. Mari kita lihat berikutnya di sini adalah piagam Goldman Sachs indeks dan melihat bahwa kenaikan harga komoditas namun membalik dimana komoditas dan harga obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan. Maka komoditas merupakan langkah suku bunga dalam arah yang sama atau cara lain untuk mengatakan itu. Ketika Anda mendapatkan kenaikan harga komoditas yang berarti kenaikan inflasi yang berarti naiknya suku bunga dan seluruh titik grafik. Masalah di atas adalah Goldman Sachs dan bahwa kita sedang beruntung bahwa masalah di bagian bawah adalah badan Treasury AS. Anda tidak dapat membedakan keduanya dan itulah seluruh titik menjadi awal tahun 1999 harga komoditas berada dalam imbal hasil obligasi downtrend berada dalam downtrend namun kedua indeks broker turun dari garis tepat di saat yang tepat sama di kuartal pertama tahun 1999 dan seluruh titik ini hanyalah sehingga ada hubungan antara kenaikan harga komoditas dan naiknya suku bunga. Ketika kita membahas hubungan antara komoditas dan harga obligasi kunci hubungannya adalah bahwa mereka umumnya dengan arah yang berlawanan sehingga ketika anda memiliki indeks CRB jatuh misalnya, tetapi umumnya baik untuk pasar obligasi anda akan melihat bahwa bagaimanapun ketika indeks CRB adalah harga komoditas secara umum bergerak naik harga obligasi cenderung bergerak turun. Sekarang ini juga penting untuk diingat bahwa harga obligasi dan yield obligasi juga bergerak dalam arah yang berlawanan sehingga ketika harga komoditas meningkat dan harga obligasi yang jatuh itu juga berarti bahwa yield obligasi bergerak lebih tinggi cara lain untuk mengatakan bahwa harga komoditas dan yield obligasi umumnya bergerak dalam arah yang sama di sebagian 1999 misalnya kita telah melihat situasi di mana harga komoditas dan yield obligasi telah bergerak bersama-sama.
Sekarang di bagian yang sangat penting dalam hubungan pasar dan itu adalah hubungan antara pasar obligasi dan pasar saham :
·                Komoditas vs obligasi
·                Bergerak ke arah yang berlawanan
·                Komoditas naik buruk bagi obligasi
·                Komoditas jatuh baik untuk obligasi




IV.                    John Murphy Explains Intermarket Analysis, Part 4
BOND VS STOCK
DOLAR BERGERAK TERBALIK UNTUK HARGA KOMODITI
Dolar naik adalah noninflationary. Akibatnya dolar yang meningkat akhirnya menghasilkan harga komoditas yang lebih rendah. Harga komoditas yang lebih rendah, pada gilirannya, menyebabkan penurunan suku bunga dan harga obligasi lebih tinggi. Harga obligasi lebih tinggi bullish untuk saham. Dolar yang jatuh memiliki efek berlawanan, itu adalah bullish untuk komoditas dan bearish untuk obligasi dan saham.
KOMODITI HARGA TREN - KUNCI INFLASI
Dolar jatuh bearish untuk obligasi dan saham karena inflasi. Namun, dibutuhkan waktu untuk efek inflasi dari dolar jatuh untuk menyaring melalui sistem. Bagaimana bond trader tahu kapan efek inflasi dari dolar jatuh mengambil terus ? Jawabannya adalah ketika pasar komoditas mulai bergerak lebih tinggi. Oleh karena itu, kita bisa memenuhi syarat pernyataan mengenai hubungan antara dolar dan obligasi dan saham. Dolar jatuh menjadi bearish untuk obligasi dan saham ketika harga komoditas mulai naik. Sebaliknya, dolar naik menjadi bullish untuk obligasi dan saham ketika harga komoditas mulai turun.
KOMODITAS DAN DOLAR AS
Ketika  dolar jatuh, pada awal 1985, akhirnya memiliki efek bearish pada obligasi yang mulai turun pada musim semi tahun 1987 ( dua tahun kemudian ). Tidak sampai tingkat harga komoditas mulai rally tajam pada April 1987 bahwa pasar obligasi mulai jatuh. Pasar saham mencapai puncaknya tahun itu pada bulan Agustus, yang mengarah ke kecelakaan di bulan Oktober. Dampak inflasi dari dolar jatuh akhirnya mendorong harga komoditas yang lebih tinggi, yang dimulai proses topping pada obligasi dan saham.

Penurunan dolar dipercepat pada tahun 1972, yang merupakan tahun ledakan komoditas dimulai. Aksi jual tajam lainnya di unit AS dimulai pada tahun 1978, yang membantu meluncurkan lonjakan akhir di pasar komoditas dan menyebabkan inflasi dua digit di tahun 1980. Pada tahun 1980 dolar AS dipercaya keluar dan mulai rally dalam pendakian kuat yang berlangsung sampai musim semi 1985. 

video bisa di temukan di youtube !!!


Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah merupakan suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Dibawah ini terdapat beberapa indikator analisis teknikal, diantaranya :

Bollinger Bands.
  • Digunakan untuk mengukur volatilitas pasar.
  • Mereka bertindak seperti tingkat support dan resistance.

MACD
  • Digunakan untuk menangkap tren awal dan juga dapat membantu kita kapan  pembalikan tren terjadi.
  • inidikator Ini terdiri dari 2 moving average (1 cepat, 1 lambat) dan garis vertikal yang disebut histogram, yang mengukur jarak antara 2 moving average. Kemudian salah satu cara untuk menggunakan MACD adalah menunggu untuk moving average cepat untuk “menyeberang” atau “silang” dengan moving average lambat.
MACD adalah singkatan dari M oving A verage C onvergence D ivergence. Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi gerakan rata-rata yang menunjukkan tren yang baru, entah itu bullish atau bearish. Setelah semua, prioritas utama kami dalam trading adalah mampu menemukan tren, karena di situlah uang paling banyak dihasilkan.
MACD used on Charts
Dengan grafik MACD, Anda bisa melihat tiga angka yang digunakan untuk pengaturannya.
  • Yang pertama adalah jumlah waktu yang digunakan untuk menghitung moving average lebih cepat.
  • Yang kedua adalah jumlah waktu yang digunakan dalam moving average lebih lambat.
  • Dan ketiga adalah jumlah bar yang digunakan untuk menghitung rata-rata bergerak dari perbedaan antara moving average yang lebih cepat dan lebih lambat.
Misalnya, jika Anda melihat “12, 26, 9″ sebagai parameter MACD (yang biasanya pengaturan default untuk sebagian besar paket charting ), ini adalah bagaimana Anda akan menafsirkannya:
  • 12 mewakili 12 bar sebelumnya moving average yang lebih cepat.
  • 26 mewakili 26 bar sebelumnya moving average yang lebih lambat.
  • 9 mewakili 9 bar sebelumnya perbedaan antara dua moving average. Hal ini diplot oleh garis vertikal yang disebut histogram (garis hijau pada grafik di atas).
Cara Menggunakan MACD
Karena ada dua moving average dengan berbagai “kecepatan”, yang jelas lebih cepat akan lebih cepat untuk bereaksi terhadap pergerakan harga dari pada yang lambat.
Ketika sebuah tren baru terjadi, jalur cepat akan bereaksi pertama dan akhirnya melewati garis lebih lambat. Saat ini “crossover” terjadi, dan garis cepat mulai “menyimpang” atau menjauh dari garis lebih lambat, sering menunjukkan bahwa tren baru telah terbentuk.
MACD with fast and slow moving average
Dari grafik di atas, Anda dapat melihat bahwa garis cepat melintasi bawah garis lambat dan mengidentifikasi trend baru untuk menurun.Perhatikan bahwa ketika crossing, histogram sementara menghilang. Hal ini karena perbedaan antara garis-garis adalah 0. Sebagai kecenderungan untuk menurun dimulai dan garis cepat menyimpang jauh dari garis lambat, histogram mendapat lebih besar, yang merupakan indikasi baik dari tren yang menguat.
MACD crossover example

Dalam EUR / USD ‘s chart 1-jam di atas, baris cepat melintasi di atas garis lambat sementara histogram menghilang. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan trend naik akan terjadi. Sejak saat itu, EUR / USD mulai uptrend. Bayangkan jika Anda buy setelah crossover, Anda akan mendapatkan hampir 200 pips!
Ada satu kelemahan untuk MACD. Tentu saja, rata-rata bergerak cenderung tertinggal harganya. karena hanya mengunakan rata-rata harga historis masa lalu.
Parabolic SAR
  • Indikator ini dibuat untuk mengetahui pembalikan tren, maka dinamakan  Stop And Reverse.
  • Ini adalah indikator paling mudah untuk ditafsirkan karena hanya memberikan sinyal bullish dan bearish.
  • Ketika titik-titik berada di atas candle, itu adalah sinyal jual. Sedangkan Ketika titik-titik berada di bawah candle, itu adalah sinyal beli.
  • Indikator ini paling baik digunakan dalam tren pasar yang terdiri dari rally atau terjun yang panjang.
Stochastic
  • Digunakan untuk menunjukkan kondisi overbought dan oversold.
  • Ketika garis moving average di atas 80, itu berarti bahwa pasar overbought dan kita bisa menentukan kapan untuk menjual. Sedangkan Ketika garis moving average adalah di bawah 20, itu berarti bahwa pasar oversold dan kita bisa menentukan kapan untuk membeli.
·         Stochastic adalah indikator lain yang membantu kita menentukan kapan tren mungkin berakhir..
·         Menurut definisi, suatu Stochastic adalah sebuah osilator yang mengukur overbought dan oversold kondisi di pasar. 2 baris serupa dengan garis MACD dalam arti bahwa satu baris lebih cepat dari yang lain.
Stochastic used on Charts

 

Cara Menggunakan Stochastic

·         Seperti yang kami katakan sebelumnya, Stochastic memberitahu kita ketika pasar sedang overbought atau oversold. Stochastic ada skala dari 0 hingga 100.
·         Ketika garis Stochastic di atas 80 (garis titik-titik merah pada grafik di atas), maka itu berarti pasar overbought. Ketika garis Stochastic di bawah 20 (garis titik-titik biru), maka itu berarti bahwa pasar oversold.
·         Sebagai aturan praktis, kita beli ketika pasar sedang oversold, dan kita menjual ketika pasar sedang overbought.
Stochastic overbought
·         Melihat grafik di atas, Anda dapat melihat bahwa Stochastic telah menunjukkan kondisi overbought selama beberapa waktu. Berdasarkan informasi ini, bisa anda tebak kemana harga akan pergi?
Price drops after stochastic hit overbought
·         Jika Anda mengatakan harga akan turun, maka Anda benar! Karena pair sedang overbought untuk suatu jangka waktu yang panjang, pembalikan pasti terjadi.
·         Itu adalah dasar-dasar Stochastic. Banyak trader menggunakan Stochastic dengan cara yang berbeda, namun tujuan utama dari indikator ini adalah untuk menunjukkan kepada kita di mana kondisi pasar overbought atau oversold.
Relative Strength Index (RSI)
  • Serupa dengan stokastik dalam hal ini menunjukkan kondisi overbought dan oversold.
  • Ketika RSI berada di atas 70, itu berarti bahwa pasar overbought dan kita siap untuk menjual. Sedangkan Ketika RSI di bawah 30, itu berarti bahwa pasar oversold dan kita siap untuk beli.
  • RSI juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi formasi tren. Jika Anda berpikir tren sudah terbentuk, menunggu RSI untuk naik di atas atau turun di bawah 50 (tergantung pada jika Anda melihat sebuah uptrend atau downtrend) sebelum Anda memasukkan perdagangan.
·         RSI mirip dengan stokastik dalam artian bahwa mengidentifikasi kondisi overbought dan oversold di pasar. RSI juga menggunakan skala dari 0 hingga 100. Biasanya, angka dibawah 30 menunjukkan oversold, sementara angka lebih dari 70 mengindikasikan overbought.
·         RSI used on Charts

·         Cara Menggunakan RSI

·         RSI dapat digunakan seperti stokastik. Kita dapat menggunakannya untuk memilih potensi Top dan Bottom tergantung pada apakah pasar adalah overbought atau oversold.
·         Di bawah ini adalah bagan 4-jam EUR / USD.
Using RSI to pick tops and bottoms=
·         EUR / USD telah turun dan jatuh sekitar 400 pips selama dua minggu.
·         Pada tanggal 7, sudah diperdagangkan di bawah 1,2000 . Namun, RSI turun di bawah 30, menandakan bahwa tidak mungkin ada penjual yang tersisa di pasar. Harga kemudian dibalik dan berjalan kembali selama beberapa minggu.

·         Menentukan Trend menggunakan RSI

·         RSI adalah alat yang sangat populer karena juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi formasi tren. Jika Anda berpikir tren terbentuk, lihatlah RSI dan lihatlah apakah berada di atas atau di bawah 50.
·         Jika anda melihat sebuah uptrend memungkinkan, maka pastikan RSI berada di atas 50. Jika Anda melihat sebuah kecenderungan untuk menurun, maka pastikan RSI berada di bawah 50.
RSI goes below 50 on a downtrend
·         Pada awal grafik di atas, kita dapat melihat bahwa uptrend mungkin akan terbentuk. Untuk menghindari sinyal palsu, kita bisa menunggu RSI untuk menyeberang di atas 50 untuk mengkonfirmasi tren. Ketika RSI melewati di atas 50, itu adalah konfirmasi yang baik bahwa uptrend telah benar-benar terbentuk.
Jadi, Setiap indikator memiliki kelbihan dan kekurangannya. Inilah sebabnya mengapa trader harus mengkobinasikan/menggabungkan indikator yang berbeda untuk “melengkapi” satu sama lain, memaksimalkan gain dan meminimalisir risk yang ada.
Cara termudah adalah dengan hanya plot moving average tunggal pada tabel. Ketika harga cenderung untuk tinggal di atas moving average,  berarti trendnya naik.
Jika harga cenderung tinggal di bawah moving average, maka menunjukkan bahwa trend menurun.
Trend spotting using moving average
Masalahnya dengan hal ini adalah bahwa itu terlalu sederhana.
Mari kita katakan bahwa USD / JPY trendnya turun, tetapi laporan berita yang keluar menyebabkan spike yang tinggi.
Is there a change in trend?
Anda melihat bahwa harga sekarang di atas rata-rata bergerak. Anda berpikir kepada diri sendiri:
“Hmmm … Sepertinya pasangan ini adalah untuk pergeseran arah Waktu untuk membeli pengisap ini.!”
Jadi Anda melakukan hal itu. Anda membeli satu miliar unit menyebabkan Anda yakin bahwa USD / JPY akan naik.
Fakeout! Downtrend continues!
Bammm! ! Ternyata, trader hanya bereaksi terhadap berita, tetapi trend tetap turun dan lebih rendah!
Apa beberapa trader yang melakukan – dan  kami sarankan Anda jangan melakukan juga. Untuk mempermudah mendapatkan sinyal yang lebih jelas apakah pasangan ini tren naik atau turun tergantung pada urutan moving average. Mari kita jelaskan.
Pada uptrend, yang “lebih cepat” moving average harus berada di atas “lebih lambat” rata-rata bergerak dan kecenderungan untuk menurun, sebaliknya.Sebagai contoh, katakanlah kita memiliki dua MA: 10-periode MA dan MA periode 20. Pada grafik Anda, akan terlihat seperti ini:
Faster MA should be above slower MA
Di atas adalah daily chart USD / JPY. Sepanjang uptrend, 10 SMA di atas 20 SMA. Seperti yang Anda lihat, Anda dapat menggunakan moving average untuk membantu menunjukkan apakah pasangan adalah tren naik  atau turun. Menggabungkan ini dengan pengetahuan Anda pada garis tren, ini dapat membantu Anda memutuskan apakah akan buy atau sell .

PREDIKSI MARKET SEMINGGU KE DEPAN
The fed meutuskan bahwa akan menjalankan tapering bulan januari mendatang 2014. Namun, yang menjadi penentu adalah kepetusan menurunkan program pembelian obligasinya dari 58 juta dollar menjadi 75 juta dollar. Hal tersebut langsung direspon pasar positif dan menguat. Pengurangan pembelian bonds masih diterima market. Sentimennya langsung berpengaruh terhadap IHSG yang sempat menembus resisten turunnya dengan high 4257, dan akhirnya ditutup di bawah resistence 4230-4240.  Saham blue chips yang sudah menembus resistence adalah INTP dan SMGR. Sedangkan saham perbankan belum mampu menembusnya. Saat ini BMRI terlihat mampu menembusnya. BMRI berkonsolidasi menguji area resistennya di level 7900. MACD yang bergerak naik mengindikasikan saham ini bergerak positif. Jika BMRI mampu menembus level 7900, saham ini berpeluang menguat menuju 8250 hingga 8500.Rekomendasi: Buy jika break 7900. Stoploss level 7450.
grafik saham SMGR-13-12-18
SMGR menguat tajam setelah mampu menembus minor resist 13300 dan penguatan tertahan di area down trend resist line-nya di kisaran 13900. Kemampuan SMGR bertahan di atas 13300 akan membuka peluang kenaikan lebih lanjut dengan target di kisaran 14450 – 14900. MACD yang meningkat menunjukkan saham ini bergerak positif. Rekomendasi: Buy di sekitar 13350. Stoploss level 12800


A.                Artikel

1. IHSG kembali dibuka melemah mengikuti bursa Asia

Jakarta (ANTARA News) - Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa kembali dibuka melemah mengikuti bursa saham di kawasan Asia.

IHSG BEI dibuka turun 21,30 poin atau 0,52 persen ke posisi 4.099,37. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 10,45 poin (1,54 persen) ke level 667,44.

"IHSG BEI kembali melemah seiring dengan tekanan yang terjadi di pasar uang domestik dan juga bursa di kawasan Asia," kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan pelemahan bursa di kawasan Asia itu salah satunya didorong oleh konflik di negara Suriah. Memanasnya konflik di Suriah itu juga mengakibatkan harga minyak menguat 0,5 persen pagi ini.

Meski demikian, ia menambahkan saham-saham berbasis komoditas tampaknya dapat menjadi penahan pelemahan indeks BEI, diperkirakan saham sektor itu dapat kembali menguat pada hari ini akibat pelemahan kurs rupiah.

Analis PT aMcapital Securities, Viviet S Putri mengatakan saham-saham sektor pertanian seperti minyak sawit mentah (CPO) cenderung bergerak positif seiring dengan kebijakan pemerintah untuk menurunkan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor.

"Secara teknikal, tren penurunan (bearish) pada sektor konstruksi dan properti muncul, bersamaan dengan itu muncul tren penguatan (bullish) di sektor CPO, hal itu menjadi tanda awal rotasi sektor," ujar dia.

Meski demikian, Viviet menyarankan kepada pelaku pasar untuk tetap waspada, dikarenakan pergerakan saham-saham di bursa dalam negeri masih memiliki volatilitas yang tinggi.

Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 84,53 poin (0,38 persen) ke level 21.920,79, indeks Nikkei-225 turun 42,65 poin (0,31 persen) ke level 13.593,86, dan Straits Times melemah 9,27 poin (0,32 persen) ke posisi 3.074,46.

2. Ini Penyebab Rontoknya IHSG dan Depresiasi Rupiah

Bisnis.com, Senin, 19 Agustus 2013,  JAKARTA – Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyampaikan rontoknya indeks harga saham gabungan dan depresiasi rupiah awal pekan ini terjadi karena sentimen negatif atas rencana penutupan Merrill Lynch dan pelebaran defisit transaksi berjalan dari dalam negeri.
Kombinasi faktor eksternal dan internal itu membuat IHSG ditutup anjlok 5,58% ke level 4.313,52 pada perdagangan Senin (19/8). Pelemahan sejalan dengan pergerakan bursa regional yang memerah, tetapi IHSG paling terpuruk.
Hang Seng melemah 0,24%, bursa Korea melemah 0,13%, bursa Singapura melemah 0,76%, sedangkan Nikkei 225 menguat 0,79%.
Sementara itu, rupiah terdepresiasi 0,99% menuju Rp10.533 per dolar AS atau terendah dalam 4 tahun terakhir.
Mata uang Asia cenderung tertekan oleh dolar AS. Yen ditransaksikan di kisaran 97,94 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7545 per dolar AS, dolar Singapura 1,2740 per dolar AS, dan yuan 6,1227 per dolar AS.
“Merril Lynch mau ditutup oleh Bank of America. Itu yang kemudian menimbulkan kekhawatiran. Itu dari sisi eksternal yang kemudian men-drive stock market, capital market, kemudian nilai tukar jatuh,” katanya, Senin (19/8/2013).
Dari sisi internal, perkembangan defisit transaksi berjalan yang melebar pada kuartal II/2013 menjadi US$9,8 miliar atau setara 4,4% dari produk domestik bruto (PDB) semakin menekan rupiah.
Namun, Chatib menegaskan kekhawatiran pasar tidak perlu berlanjut karena ada harapan defisit transaksi berjalan akan menyempit pada kuartal III/2013 karena impor minyak menyusut seiring dampak kenaikan harga BBM bersubsidi mulai 22 Juni.
“Sampai dengan Juli, konsumsi BBM di bawah biasanya. Kenapa di bawah yang biasanya, karena BBM dinaikkan. Kenapa di kuartal II/2013 angka defisit masih cukup tinggi, karena BBM baru naik 22 Juni, jadi belum bisa cover adjustment yang terjadi,” jelasnya.
Kendati demikian, Chatib belum bersedia membeberkan respons kebijakan yang akan diambil menyusul pelemahan indeks dan rupiah. Pihaknya masih menunggu hasil pertemuan Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang digelar Senin (19/8) malam.
Hingga pukul 21.00, rapat FKSSK yang dimulai pukul 19.00 masih berlangsung. Dalam rapat pembahasan kondisi terkini pasar saham, pasar uang dan pasar utang itu, hadir Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Wardijo, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, dan Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang P.S. Brodjonegoro.
Chatib hanya mengemukakan respons perlu dilakukan dari sisi reformasi struktural dengan perbaikan regulasi investasi agar transaksi berjalan membaik. Pihaknya telah meminta agar revisi daftar negatif investasi (DNI) dan simplifikasi peraturan dipercepat. Selain itu, perbaikan sistem logistik nasional terus dilakukan untuk memperbaiki ekspor barang.  

5. Sudah Jenuh Beli, IHSG Akan Melemah

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin harus rela finish dengan kehilangan 4 poin. Kurangnya sentimen positif dari dalam dan luar membuat bursa sedikit stagnan.

Menutup perdagangan, Selasa (17/9/2013), IHSG ditutup di level 4.517,620 atau minus 4,6 poin (0,10%). Sementara indeks LQ45 ditutup di posisi 765,64 atau turun 1,1 poin.

Semalam Wall Street melaju setelah adanya harapan The Federal Reserve tidak akan mencabut stimulus tapi hanya mengurangi sedikit nilainya sedikit saja. Stimulus ini sudah menjadi katalis penggerak pasar finansial Amerika Serikat (AS) selama ini.

Pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat, Indeks Dow Jones menguat 34,95 poin (0,23%) ke level 15.529,73, Indeks S&P 500 bertambah 7,16 poin (0,42%) ke level 1.704,76 dan Indeks Komposit Nasdaq menanjak 27,853 poin (0,75%) ke level 3.745,699.

Hari ini IHSG diperkirakan akan masih akan melemah atas posisinya yang sudah jenuh beli. Pelaku pasar masih akan lakukan aksi ambil untung.

Pergerakan bursa-bursa regional pagi hari ini:
  • Indeks Nikkei 225 melonjak 187,78 poin (1,31%) ke level 14.499,45.  
  • Indeks Straits Times naik tipis 1,44 poin (0,05%) ke level 3.180,92.  

Rekomendasi untuk perdagangan saham hari ini:
Panin Sekuritas
IHSG kemarin mengalami profit taking setelah dalam beberapa hari perdagangan mengalami kenaikan signifikan. Kami melihat aksi ambil untung ini merupakan fenomena yang biasa terjadi setelah indeks mengalami rally jangka pendek. Kami melihat beberapa berita positif masih akan menjadi katalis indeks seperti terus meredanya ketegangan di Suriah terkait senjata kimia, mundurnya Lawrence Summers dari kandidat Chairman the Fed yang baru menggantikan Bernanke, serta keyakinan pasar bahwa dampak pemotongan stimulus yang rencananya akan dilakukan The Fed pekan ini tidak akan terlalu signifikan dan sudah diantisipasi pasar. Hari ini kami proyeksikan IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat. Kisaran support-resistance 4.490-4.540.
Jakarta - KDB Daewoo Securities
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup turun -4.62 poin (-0.10%) ke 4,517.62 dengan jumlah transaksi sebanyak 11.8 juta lot atau setara dengan Rp 6.3 triliun.

Pergerakan sektor-sektor IHSG a.l sektor agricultural (+0.75%), sektor basic-industries (+0.64%), sektor construction and property (-1.38%), sektor consumer goods (-0.75%), sektor finance (+0.01%), sektor infrastructure (+0.68%), sektor mining (+1.51%), sektor misc-industries (-1.25%), dan sektor trade (-0.43%).

Tercatat sebanyak 107 saham mengalami penguatan, 138 saham mengalami penurunan, 105 saham tidak mengalami perubahan dan 134 saham tidak diperdagangkan sama sekali.

Saham-saham yang menempati top gainers a.l. TLKM (+1.12%), EXCL (+5.06%), LPKR (+6.19%), TPIA (+8.89%), dan BBCA (+0.50%). Sementara itu, saham-saham yang menempati top losers a.l. ASII (-2.17%), UNVR (-2.02%), KLBF (-2.19%), PWON (-9.84%), dan BBRI (-0.61%).

Asing tercatat melakukan net buy di pasar reguler sebesar Rp 127 miliar dengan saham yang paling banyak dibeli a.l. BMRI, BBRI, BBCA, LPKR, dan TLKM. Mata uang rupiah terapresiasi 11.182 per dolar AS.

Secara teknikal penurunan IHSG hari ini, merupakan koreksi sehat setelah kemarin mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sinyal MACD death cross dan stochastic memasuki area oversold, namun disertai volume yang kecil juga, ihsg masih berada di atas MA 20 dan MA 60, sehingga terlihat bahwa peluang konsolidasi kembali akan terjadi pada hari ini. Dengan support 4.177 dan resistance 4.544. Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan adalah: ARNA, BWPT, INDY.
4. Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyampaikan rontoknya indeks harga saham gabungan dan depresiasi rupiah awal pekan ini terjadi karena sentimen negatif atas rencana penutupan Merrill Lynch, dan pelebaran defisit transaksi berjalan dari dalam negeri. Kombinasi faktor eksternal dan internal itu membuat IHSG ditutup anjlok 5,58% ke level 4.313,52 pada perdagangan Senin (19/8). Beliau mengatakan “Merril Lynch mau ditutup oleh Bank of America. Itu yang kemudian menimbulkan kekhawatiran. Itu dari sisi eksternal yang kemudian men-drive stock market, capital market, kemudian nilai tukar jatuh,”
Dari sisi internal, perkembangan defisit transaksi berjalan yang melebar pada kuartal II/2013 menjadi US$9,8 miliar atau setara 4,4% dari produk domestik bruto (PDB) semakin menekan rupiah. Namun, Chatib menegaskan kekhawatiran pasar tidak perlu berlanjut karena ada harapan defisit transaksi berjalan akan menyempit pada kuartal III/2013 karena impor minyak menyusut seiring dampak kenaikan harga BBM bersubsidi
Pada tanggal 27 agustus Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali dibuka melemah mengikuti bursa saham di kawasan Asia. Pelemahan bursa di kawasan Asia itu salah satunya didorong oleh konflik di negara Suriah. Memanasnya konflik di Suriah itu juga mengakibatkan harga minyak menguat 0,5 persen. Meski demikian, saham-saham berbasis komoditas dapat menjadi penahan pelemahan indeks BEI, diperkirakan saham sektor itu dapat kembali menguat pada hari ini akibat pelemahan kurs rupiah. Sahan-saham sektor pertanian seperti minyak sawit mentah (CPO) cenderung bergerak positif seiring dengan kebijakan pemerintah untuk menurunkan pajak kepada industri yang berorientasi ekspor.
Tanggal 17 September Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 4.517,620 atau minus 4,6 poin (0,10%). Kurangnya sentimen positif dari dalam dan luar membuat bursa sedikit stagnan.
Wall Street melaju setelah adanya harapan The Federal Reserve tidak akan mencabut stimulus tapi hanya mengurangi nilainya sedikit saja. Stimulus ini sudah menjadi katalis penggerak pasar finansial Amerika Serikat (AS) selama ini.
IHSG kemarin mengalami profit taking setelah dalam beberapa hari perdagangan mengalami kenaikan signifikan. Kami melihat aksi ambil untung ini merupakan fenomena yang biasa terjadi setelah indeks mengalami rally jangka pendek. Kami melihat beberapa berita positif masih akan menjadi katalis indeks seperti terus meredanya ketegangan di Suriah terkait senjata kimia, serta keyakinan pasar bahwa dampak pemotongan stimulus yang rencananya akan dilakukan The Fed pekan ini tidak akan terlalu signifikan dan sudah diantisipasi pasar. 

5. BEI: Pasar modal Indonesia kembali stabil

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito mengatakan pasar modal Indonesia sudah mulai stabil. Itu diperlihatkan oleh penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini.
"Indeks akhir ini sudah kembali ke masa sebelum krisis. Artinya kestabilan pasar modal kita sudah mulai berjalan," ujarnya, di Jakarta, Senin (16/9).
Menurut Ito, kestabilan itu timbul berkat kebijakan pemerintah yang mendorong aliran modal asing masuk. Namun, diakuinya, masih terdapat sentimen negatif yang bisa mendorong pasar modal Indonesia kembali terjerembab.
"Pengaruh negatifnya turun masih ada tapi kan sekarang IHSG sudah naik 4.400. Harapannya kebijakan pemerintah akan terus mendorong stabilitas pasar modal," jelas dia.
Senada, Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku senang melihat pasar keuangan Indonesia kembali menguat. Berdasarkan pantauannya di twitter, IHSG siang ini menguat di level 4.400.
"Apalagi asosiasi efek indonesia menargetkan indeks 4.600. Artinya market bereaksi kan padahal dua minggu lalu tidak berbicara apa-apa," ungkapnya.
Pada sesi 1 perdagangan siang ini, IHSG naik 72,95 poin atau 1,67 persen ke level 4.448 dengan jumlah transaksi sebanyak 6,6 juta lot atau setara dengan Rp 3,4 triliun.

6. Pasar Modal Indonesia Sensitif Isu Global

TEMPO.CO, Jakarta -Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas, Marciano Herman mengatakan  pasar modal Indonesia sangat sensitif terhadap kondisi global."Di samping masalah subsidi BBM, kejadian di luar negeri kita sangat sensitif. Hal itu terbukti dengan aktifitas negatif di luar negeri market kita jadi rusak,"katanya dalam jumpa pers CEO Day 2013 di hotel Four Seasons, Senin 9 September 2013.

Untuk mengantiisipasi hal itu, ia melanjutkan, partisipasi investor domestik harus terus dikembangkan. Dengan begitu, pasar modal tidak akan bergantung pada asing."Investor ritel domestik kita masih sedikit, harus dikembangkan juga untuk memperkuat pasar modal."ujarnya.

Direktur Retail Danareksa Sujadi mengatakan  jumlah investor domestik Indonesia baru berjumlah 360.000. Minimnya jumlah investor domestik tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mengenai pasar modal.

Ia melanjutkan, untuk meningkatkan hal tersebut Danareksa kerap mengadakan edukasi terhadap investor lokal."Kita tekankan investasi di pasar modal itu ladang untuk kembangkan asetnya sehingga ke depan kita tidak lagi bergantung ke asing,"katanya.

Untuk akhir tahun, Danareksa Sekuritas membidik pergerakan IHSG di level 4,600. Sentimen yang masih ditunggu antara lain keputusan kebijakan pengurangan stimulus moneter oleh The Federal Reserve."Untuk lokal yayng dilihat sejauh mana kebijakan pemerintah terutama di financial deepening dan perbaikan di sektor riiil,"kata Marciano.
7. Inilah Momen Penting Perkembangan Pasar Modal
INILAH.COM, Jakarta - Otoritas pasar modal memperingati 36 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia pada Kamis (15/8/2013).

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Hadad menuturkan, ada tiga momen penting dalam perkembangan keberadaan pasar modal di Indonesia. Pertama, era deregulasi tahun 1987-1990. Dengan ada kebijakan itu, jumlah emiten yang tadi hanya sebanyak 25 emiten meningkat menjadi 145 emiten.

Selain itu, Undang-undang pasar modal yang diterbitkan tahun 1995 memberi kerangka hukum pembinaan bagi pasar modal dan menjadikannya sebagai regulator kuat. Menurut Muliaman, upaya keras tidak hanya menggabungkan fungsi regulator, namun mengefektifkan fungsi penawaran agar menjadi industri keuangan yang bermanfaat. "Pasar modal menjadi sumber pendanaan yang mudah diakses dan ranah investasi yang aman," kata Muliaman dalam sambutan peringatan diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia di kantor OJK, pada Kamis (15/8/2013).

Ketiga, beralihnya pengawasan modal dan lembaga keuangan non bank ke tangan OJK. Menurut Muliaman, hal itu juga merupakan tahapan penting karena pengawasan keuangan kini dilakukan sepenuhnya oleh OJK. Upaya mendorong pendalaman pasar modal yang dilakukan OJK, adalah dengan mensinergikan antara keberadaan pasar modal, perbankan dan Industri Keuangan Non Bank baik konvensional maupun syariah. Sebab, tiga lembaga tadi saling terkait dan tak bisa dipisahkan.

Ini, memang penting apalagi jika dikaitkan dengan ASEAN Economic Community (AEC). Indonesia pun, harus mempersiapkan diri agar pasar modalnya menarik, kompetitif dan memiliki daya tahan. Tak lupa, penyederhanaan peraturan harus dilakukan agar minat investor makin mengemuka.

Selain itu, Muliaman menjelaskan, pasar modal Indonesia sebenarnya sudah ada jauh sebelum 36 tahun lalu. Pada 1912, pemerintah Belanda membuka Bursa Efek di Jakarta yang ketika itu bernama Batavia. Keberadaannya berkembang cukup baik namun akibat pecahnya Perang Dunia II ditutup.

Pasca kemerdekaan didapat dan membentuk Republik Indonesia dengan pemerintahan mandiri, pada tahun 1952 Pemerintah RI kembali membuka Bursa Efek tadi. Namun karena adanya larangan memperdagangkan saham milik perusahaan Belanda dan tingginya inflasi di tahun 1960-an, perkembangan pasar modal pun meredup dan tutup.

Pemerintahan berganti dari Orde Lama ke Orde Baru. Lalu tepat pada 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto kembali menghidupkan pasar modal. Dan, tanggal tersebut pun dipakai sebagai titik awal munculnya bursa efek di Indonesia.

B.       Kesimpulan:      
Saham merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang isinya menerangkan tentang  siapa pemilik saham. Sedangkan harga saham adalah harga pasarnya. Maksud dari pengertian tersebut adalah harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga pasar saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut dan sebaliknya.  Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya.
Berikut merupakan faktor faktor yang mempengaruhi harga saham :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga                                                                                                                        
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan  menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.