Salah
satu metode yang dipergunakan untuk mengukur kondisi pembangunan
manusiaadalah menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human
Development Index (HDI). Indonesia masih menunjukkan capaian yang
belum menggembirakan.
IPM adalah pengukuran perbandingan
dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara
seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara
adalah negara maju , negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Indikator yang digunakan dalam HDI
meliputi 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product / produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS
Dari Negara-negara yang diteliti
oleh UNDP (United Nations Development Programme), Indonesia masih berada pada
urutan diatas 100. Sebelumnya pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan 110
dari 177 negara, dengan indeks 0.697, turun dari posisi sebelumnya di urutan
102 dengan indeks 0.677 pada tahun 1999. Posisi ini cukup jauh dibandingkan
negara-negara tetangganya, seperti Malaysia (urutan 61/0.796), Thailand (urutan
73/0.778), Filipina (urutan 84/0.758) dan Vietnam (urutan 108/0.704). Angka IPM
Indonesia Pada tahun 2006 mengalami kemajuan dengan mencapai 0.711 dan berada
diurutan 108, mengalahkan vietnam yang mempunyai nilai 0.709. Kecenderungan
dari angka IPM Indonesia adalah terus menerus naik (0.677 pada 1999, 0.697 pada
2005, dan 0.711 pada 2006) dan semakin mempersempit ketinggalanya dibanding
negara-negara lain. Posisi ini sekaligus mensyaratkan Indonesia berada pada
level menengah IPM di dunia bersama negara tetangga seperti Thailand (74),
Filipina (84), Vietnam (109) dan Timor Leste (142).
Capaian tersebut berbeda dengan
tetangga yang lain seperti Singapura (25), Brunei (34) dan Malaysia (61), yang
masuk pada kategori negara dengan IPM level tinggi. Sudah bisa dipastikan
Negara-negara yang mempunyai capaian IPM tinggi mempunyai tingkat kesejahteraan
hidup masyarakat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang sedang maupun
rendah.
Pada tahun 2007
angka IPM Indonesia mengalami kenaikan menjadi 0.728, laporan ini
dikeluarkan oleh UNDP pada 27 November 2007, Indonesia berada pada peringkat
108 sedunia dan masih dibawah Vietnam. Penilaian tersebut diantaranya usia
harapan hidup menempatkan Indonesia pada posisi ke-100. Tingkat pemahaman
aksara dewasa di urutan 56. Tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan
tinggi ada di urutan 110. Sedangkan untuk pendapatan domestik bruto (PDB) per
kapita berada di posisi 113. Selain itu,
index manusia Indonesia rata-rata masih tergolong menengah di antara
negara-negara lain di dunia. Masih jauh di bawah negara-negara maju di eropa
dan Amerika. Namun sedikit lebih baik di atas negara-negara Afrika yang hanya
memilki lautan gurun pasir saja. Bandingkan dengan Indonesia, yang memiliki
sumber daya yang melimpah ruah namun masih saja miskin. Bahkan masih kalah
dengan negara serumpun Malaysia dan ironisnya kalah juga dengan negara
“kecamatan” Singapura.
Dari
itulah, di tarik benang merah penyebab masalahnya. Dan salah satu yang menjadi
faktor (katanya) adalah ketidakberdayaan masyarakat Indonesia
yang mencakup ketidakberdayaan ekonomi, sosial dan politik. 30 Tahun di bawah
rezim yang represif, membuat masyarakat Indonesia, gagal dalam menghadapi arus
modernisasi yang datang menyerbu bagai air bah bergulung-gulung. Rakyat
Indonesia, tidak benar-benar bisa memahami, mengetahui keunggulan sumber daya
lokal maupun potensi yang luar biasa ini. Untuk itulah maka, diperlukan
pendobrak kejumudan cara berpikir masyarakat untuk membawa masyarakat indonesia
menjadi kondisi masyarakat yang berdaya. Kondisi HDI di
Indonesia menjadi isu yang penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan
kualitas manusia dalam pengentasan kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan di
negara sedang berkembang adalah salah satu masalah penting, termasuk di
Indonesia. Tingginya angka kemiskinan itu harus mendapatkan perhatian serius
dari pemerintah dan diharapkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi angka
kemiskinan tersebut.
Tingginya angka kemiskinan di Indonesia bukan
disebabkan langsung oleh tingginya angka pengangguran, melainkan karena
kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat terjadi karena banyak keluarga
miskin yang memiliki pekerjaan ataupun pendapatan tetap, tetapi mereka berada
di bawah garis kemiskinan yang berlaku karena pendapatan mereka yang rendah.
Pendapatan yang rendah tersebut akibat dari rendahnya produktivitas tenaga kerja
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan.
Rendahnya angka HDI Indonesia menandakan masih
rendahnya tingkat kualitas serta produktivitas Sumber Daya Manusia Indonesia
jika dibandingkan dengan negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Realitas menyesakkan juga diperkuat oleh laporan yang di keluarkan oleh
World Economic Forum di tahun 2009, peringkat daya saing Indonesia berada di
posisi 42 dari 57 negara, sedangkan Singapura berada di posisi 3, Malaysia di
posisi 18. Perbaikan HDI di suatu wilayah berdampak positif
terhadap peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan yang
diperoleh kemudian memiliki efek positif terhadap penurunan jumlah orang miskin
di daerah tersebut. Artinya, walaupun pertumbuhan ekonomi sangat penting,
pertumbuhan itu sendiri bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi kemiskinan.
Faktor lainnya yang tak kalah penting adalah pendidikan.
Pencapaian IPM Indonesia beberapa
tahun terakhir tentu linier dengan proses pembangunan manusia yang dilakukan
melalui berbagai program pembangunan. Dan indeks ini merupakan sebuah raport
pembangunan manusia yang dicapai oleh pemerintah dan bangsa Indonesia. Deskripsi
tersebut dapat menyadarkan semua elemen bangsa khususnya pemerintah untuk
bangkit mengejar ketertinggalan, dengan melakukan penataan kedalam (birorasi).
Demikian pula kita harapkan kebijakan publik yang lahir akan semakin
mementingkan pembangunan manusia, sehingga terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur bukan semakin menjauh dari sasaran.
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk, sampaikan komentarmu, Bebas Berkomentar Kok Asalkan TIDAK SARA !