Ilustrasi saat KUR 2014. (http://img.bisnis.com/posts/2015/08/07/460369/kur.jpg)
Tempo hari Presiden Jokowi berkeinginan untuk menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga level 4-6 persen. Jokowi mengaku tujuan tersebut agar mampu mendorong plafon kredit karena suku bunga dinilai masih tinggi dan memberatkan, terlebih bagi UMKM.
Komitmen pemerintah ditunjukkan
dan akhirnya berhasil menurunkan suku bunga hingga 9 persen dengan suntikan alokasi
subsidi bunga KUR tahun 2016 yang mencapai Rp 120 trilun lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 90 triliun.
Untuk itu, Wasekjen DPP PAN, Dipo
Ilham, turut menanggapi persolan tersebut dan meminta agar besaran suku bunga
di level 4-6 persen perlu penyesuaian yang lebih rasional.
Menurutnya, pemerintah memang
telah berhasil menurukan suku bunga KUR dari 22 persen menjadi 12 persen pada tahun lalu dan akhirnya menjadi
9 persen pada tahun 2016. Tetapi, anjloknya realisasinya KUR seharusnya menjadi
cerminan dan patut dipertanyakan karena tahun lalu hanya mencapai sekitar 40
persen-an saja dari target Rp 30 triliun yang ditetapkan. Sedangkan tahun 2016,
penyerapan target KUR ditetapkan jauh lebih besar, yakni sekitar Rp 100 triliun
“Bagaimana suku bunga bisa diturunkan
hingga level 4-6 persen? jika realisasi penyerapan KUR tahun lalu saja masih
rendah. Subsidi ditingkatkan hingga level berapapun seakan butuh suntikan dana subsidi
yang tak sedikit dan seakan percuma, jika realisasinya tetap rendah. Ini artinya,
perbankan dituntut kerja keras untuk menggenjot target yang telah di patok,”
ujarnya saat di temui Bisnispost di Jakarta, Kamis (4/2/2016).
Dari sisi perbankan, tentu bank
akan merasa kesulitan atau terbebani, misalnya tekanan berkurangnya margin pendapan
bunga atau net interest margin dan
yang lainnya.
“Sulit rasanya jika tingkat inflasi tahun 2015 sebesar 3,35 persen (yoy), apalagi jika situasinya inflasi mencapai 8,36 persen, seperti tahun 2014, dan memaksa suatu saat mengimpikan suku bunga KUR bisa turun hingga 4-6 persen,” kata politisi muda PAN itu.
Ia menambahkan, perbankan pasti akan
merasa keberatan akan hal itu dan nilai keuntungan rill-nya kecil. Sementara itu,
bank juga sedang mengalami ketatnya likuiditas. Belum lagi ditambah kemungkinan
gangguan sentimen negative yang bisa muncul, seperti kurs valas, inflasi, dan
lainnya.
“Suku bunga rendah level 4-6 persen di rasa belum rasional atau relevan mengingat kondisi perekonomian yang sedang melambat,” Kata Dipo Ilham yang juga merupakan Ketua Umum JAKEC (Jakarta Entrepreneur Club).
Dipo menegaskan dan menyarankan
bahwa persoalaan yang utama atau esensi yang realistis memang tak hanya soal
suku bunga saja, tetapi juga perlunya insentif dan menciptakan iklim investasi
yang kondusif. Lebih dari itu, perbaikan struktur ekonomi dan efektiftas aneka
paket yang telah atau akan dikeluarkan seharusnya terus dipastikan kefektifannya.
Penulis:
Mahfud Effendi, terpublikasi Friday, 12 February 2016 | 10:30 WIB,
http://www.bisnispost.com/ekonomi/keuangan/2016/02/12/dipo-menilai-suku-bunga-rendah-kurang-rasional-sulit-tercapai
pict (http://kominfo.go.id)
Penulis:
Mahfud Effendi, terpublikasi Friday, 12 February 2016 | 10:30 WIB,
http://www.bisnispost.com/ekonomi/keuangan/2016/02/12/dipo-menilai-suku-bunga-rendah-kurang-rasional-sulit-tercapai
pict (http://kominfo.go.id)
KUR saat suku bunga 12%. Pada 2016 berhasil diturunkan hingga 9%.Tapi Jokowi bermimpi ingin suku bunga 4-6%. Suku bunga hingga 9% salah satu yang getol menjadi inisiator ialah atas desakan permintaan HIPMI.
0 komentar:
Posting Komentar
Yuk, sampaikan komentarmu, Bebas Berkomentar Kok Asalkan TIDAK SARA !